Wow! Tesla Lakukan Pembelian Nikel Indonesia Senilai Rp74 Triliun

Selasa 09-08-2022,14:40 WIB
Reporter : Denny Firmansyah
Editor : Denny Firmansyah


Perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, dikabarkan telah meneken kontrak senilai 5 miliar dollar AS atau setara Rp74,5 triliun.|Foto: dok. Istimewa|

JAKARTA, OTOMOTIFXTRA - Perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, dikabarkan telah meneken kontrak senilai 5 miliar dollar AS atau setara Rp74,5 triliun.

Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan Luhut.

Ia menerangkan, bahwa perusahaan milik Elon Musk itu, telah menandatangani kontrak pembelian nikel dari dua perusahaan di Indonesia.

"Mereka sudah membeli, nah itu yang bagus, dua produk dari Indonesia. Dari Huayou, satu lagi dari mana, dia sudah tandatangan kontrak untuk lima tahun. Jadi tahap pertama sudah masuk," ucap Luhut dikutip Otomotifxtra.com dari Reuters, Senin (8/8).

BACA JUGA:Wuling Air ev Resmi Diproduksi di Cikarang, Intip Fasilitas Pabriknya

BACA JUGA:Alvin Bahar Bawa HRI Raih Juara di Seri ke-3 Kejurnas ITSCR 2022

Lebih jauh lagi, kontrak yang akan digunakan untuk lithium baterai kendaraan listrik itu, berlaku selama 5 tahun.

Untuk lokasi perusahaan nikel yang dikontrak Tesla berada di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

"Kontrak untuk lithium baterai di Morowali, di sana itu ada berapa belas industri. Dia udah engage di sana, nilainya mungkin sekitar US$ 5 miliar," terang Luhut.

Kendati begitu, terkait rencana Tesla untuk membangun pabrik otomotif berbasis listrik di Tanah Air, Luhut mengatakan masih melakukan negosiasi.

"Tesla ini kami masih negosiasi terus. Karena Tesla ini masih sibuk dengan dalam negeri dia, dengan masalah Twitter dan sebagainya," tandasnya.

BACA JUGA:GIIAS 2022: Suzuki Siap Kenalkan Dua Produk Baru, S-Presso dan Baleno?

BACA JUGA:Ini Lokasi dan Jadwal Shuttle Bus Gratis Menuju ke GIIAS 2022

Pemerintah sendiri tertarik untuk mengembangkan industri kendaraan listrik dan baterai di dalam negeri.

Bahkan, pemerintah telah menghentikan ekspor biji nikel guna memastikan pasokan bagi investor terjaga.

Upaya itu berhasil menarik investasi dari perusahaan raksasa baja asal Cina dan perusahaan Korea Selatan seperti LG dan Hyundai.

Namun demikian, sebagian besar investasi selama ini ditujukan untuk produksi logam mentah seperti besi dan feronikel.

Kategori :

Terpopuler